Cicilan Naik Hingga Rp 1 Juta/Bulan, KPR Segmen Menengah Rawan Macet

- Senin, 13 Januari 2014 16:53 WIB

Warning: getimagesize(https://www.hariansib.com/cdn/uploads/images/2014/01/hariansib_Cicilan-Naik-Hingga-Rp-1-Juta-Bulan--KPR-Segmen-Menengah-Rawan-Macet.jpg): Failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.1 404 Not Found in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 170

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 171

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 172
SIB/Detik
Perumahan Nasional
Jakarta (SIB)- Indonesia Property Watch (IPW) berharap perbankan tidak menaikkan suku bunga terlalu tinggi dan terlalu cepat. Konsumen rumah segmen menengah menjadi rawan terjadi kredit (KPR) macet.Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda dalam situs resminya, Minggu (12/1).Ia mengungkapkan kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 7,5% dari 5,75% dalam kurun waktu yang singkat membuat perbankan mulai menaikkan suku bunga KPR.Menurut Ali, umumnya suku bunga KPR 3% lebih tinggi dibandingkan dengan BI Rate. Namun demikian banyak bank yang menaikkan sampai 5% di atas BI Rate, tentunya akan memukul pangsa pasar KPR yang ada."Bukan hanya untuk permintaan pasar baru, pasar konsumen yang saat ini tengah melakukan pembelian properti secara kredit terancam berpotensi kredit macet karena tidak dapat melunasi cicilan yang ada," katanya.Ali mengilustrasikan konsumen yang tadinya telah melakukan pembelian rumah segmen menengah misalnya dengan harga Rp 300-500 juta, suku bunga KPR 8,5% fixed 2 tahun, setelah berakhir masa bunga tetap tahun ini, suku bunga melonjak menjadi 12,5% floating (mengambang)."Hal ini tentunya akan menggerus daya beli konsumen yang harus menambah porsi cicilan per bulannya Rp 500.000 sampai Rp 1 jutaan," katanya.Menurutnya pasar rumah kelas menengah yang berpotensi menjadi primadona pasar di tahun 2014 terancam melemah juga.Selain itu, proyek-proyek pengembang skala kecil pun akan semakin berat dengan adanya aturan pengetatan KPR Inden.Secara substansi aturan tersebut akan membuat pasar properti lebih sehat, namun waktu Bank Indonesia memberlakukannya diperkirakan tidak tepat di tengah pasar properti sedang terpuruk."Sebaiknya Bank Indonesia mengambil langkah-langkah untuk menghindari kredit macet yang diperkirakan akan mulai terjadi di triwulan pertama tahun 2014. Kredit macet bukan hanya berasal dari konsumen di sisi permintaan pasar, namun juga dari sisi pengembang sebagai pemasok rumah," serunya. (detikfinance/d)


Tag:

Berita Terkait

Ekonomi

Rutan Labuhan Deli Jalin Kerjasama dengan Cabjari Lubuk Pakam

Ekonomi

Sat Narkoba Polres Langkat Amankan Pria Kasus Narkotika Jenis Ganja

Ekonomi

Pemprov Sumut Akan Bangun 1.000 Rumah Murah untuk Buruh di Sumatera Utara

Ekonomi

Gubernur Bobby Nasution Tampung Aspirasi Serikat Pekerja

Ekonomi

BKPRMI Tapteng Minta Bupati Masinton Tertibkan Tempat Prostitusi

Ekonomi

Bobby Nasution Dorong Bupati/Wali Kota Maksimalkan Program KPR Subsidi FLPP, Rumah Murah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah