Dampak Pelemahan Rupiah Sangat Memukul Ekonomi Nasional

- Jumat, 06 Juli 2018 19:56 WIB

Warning: getimagesize(https://www.hariansib.com/cdn/uploads/images/2018/07/hariansib.com): Failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.1 404 Not Found in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 170

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 171

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 172

Medan (SIB) -Menjelang pengumuman, Jumat 6 Juli 2018, apakah AS akan benar-benar menetapkan kenaikan tarif impor barang-barang yang bersumber dari China, pelaku pasar, Kamis (5/7) lebih memilih "wait and see" terkait dengan kebijakan ini. Pasalnya apabila kenaikan tarif impor diberlakukan kepada China maka hal ini menimbulkan perang dagang yang membuat China tidak akan diam dan akan mengambil kebijakan balasan.

Perang dagang selama ini telah menjadi isu besar di perekonomian global. Perang dagang ini memicu terjadinya pelemahan pada kinerja indeks bursa global, dan cenderung membuat mata uang dolar AS menguat terhadap sejumlah mata uang dunia, tanpa terkecuali Rupiah. Sejauh ini pelemahan Rupiah memang terhenti. Setelah sebelumnya sempat melemah hingga ke level Rp14.400-an. Hal ini diungkapkan Ekonom Gunawan Benyamin kepada wartawan, Kamis sore (5/7).

Disebutnya, saat ini Rupiah diperdagangkan di kisaran Rp14.370-an per dolar AS. Dampak dari pelemahan Rupiah ini memang sangat memukul ekonomi nasional. Pelemahan Rupiah memicu terjadinya pelemahan pada IHSG (Indeks Harga Saham Global). Juga menggerek sejumlah biaya produksi, yang pada akhirnya memicu terjadinya kenaikan harga di dalam negeri.

Meski demikian, ungkapnya, pelemahan Rupiah juga menguntungkan salah satu sisi di antaranya peningkatan nilai ekspor komoditas unggulan. Sayangnya, pelemahan Rupiah ini juga tidak diikuti dengan penguatan harga komoditas unggulan kecuali batubara. Alhasil Rupiah yang melemah tidak memberikan dampak positif yang signifikan bagi sejumlah komoditas unggulan.

Pelemahan rupiah juga membuat utang luar negeri membengkak. Bukan dari sisi besaran utangnya, namun dari konversi hutang ke mata uang Rupiah. 

Walaupun ini sifatnya volatile, bisa berubah setiap saat. Pelemahan Rupiah belakangan ini ditambah dengan kenaikan harga minyak mentah dunia yang menyentuh $74 per barel, juga mengakibatkan pemerintah menaikkan harga BBM di tanah air.

Tak hanya pelaku pasar yang ada di Indonesia, pelaku pasar di Asia juga melakukan hal yang sama. Di mana tak hanya IIHSG yang ditutup melemah di level 5.732 turun sebesar 1,17 poin atau melemah 0,02%. Bursa saham Malaysia juga mengalami penurunan sebesar 0,13%, Indeks Hangseng turun 0,39, Shanghai turun 0,91% dan bursa Korea turun 0,3%.

Pada perdagangan sebelumnya di bulan Maret, tambahnya, perang dagang antara AS dan China juga telah memberikan dampak penurunan bagi IHSG dan indeks saham di Asia. IHSG berada dalam trend bearish di mana investor tampaknya cenderung menarik dananya atas sejumlah saham. "Kekhawatiran ini muncul atas kebijakan kenaikan tarif impor barang-barang China yang membuat kepanikan publik. Meskipun pada perdagangan kemarin isu ini sudah mulai meredah namun kini kembali mencuat dan memperburuk keadaan," imbuhnya. (A2/h)


Tag:

Berita Terkait

Ekonomi

Danantara Indonesia dan BP BUMN Kerahkan Lebih dari 1.000 Relawan dan 100 Truk Bantuan Kemanusiaan untuk Penanganan Bencana

Ekonomi

Keluarga Besar SMK Swasta GKPI 1 Pematangsiantar Rayakan Natal

Ekonomi

Rakerda Partai Demokrat Sumut, Lokot Nasution Ungkap Penurunan Kursi DPRD dan Elektabilitas AHY

Ekonomi

Polres Tanjungbalai Gelar Pasukan Operasi Lilin Toba 2025, Pastikan Keamanan Nataru

Ekonomi

DPD Golkar Sumut Klaim Dua Kali Ajukan Musda, DPP Tak Beri Respon

Ekonomi

Upacara HBN ke 77, Bupati Batubara : Cinta Tanah Air Harus Diwujudkan dalam Tindakan Nyata