Jakarta (SIB)- Rupiah belum mampu memanfaatkan momentum keberhasilan lelang surat utang (SUN) sebesar Rp 10 triliun kemarin.Bersama dengan mata uang regional lainnya, rupiah merespons negatif kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury). Hingga 12.30 WIB, rupiah kembali melemah 19 poin (0,16 persen) ke level 12.153 per dolar AS.Menurut ekonom PT Samuel Sekuritas, Rangga Cipta, keberhasilan lelang SUN masih cukup mampu mengetatkan likuiditas rupiah. Selain berhasil mencapai target, lelang SUN kemarin juga mengundang penawaran masuk hingga Rp 30 triliun. “Minat pelaku pasar terhadap obligasi pemerintah masih cukup besar,†ungkap Rangga dalam analisa hariannya.Namun demikian, laju rupiah tampaknya masih tertekan oleh penguatan dolar yang dipicu kenaikan yield US Treasury. Pasalnya, setelah berada dalam posisi terendah selama enam pekan belakangan, imbal hasil obligasi AS justru mampu bergerak naik tadi pagi. Hal itu memicu ekspektasi bahwa kebijakan pemangkasan stimulus (tapering off) moneter AS akan berjalan lebih agresif. Kenaikan imbal hasil US Treasury tersebut juga diperkirakan akan menekan minat investor terhadap SUN ke depan.Keputusan bank sentral Jepang (BOJ) yang mempertahankan program stimulus moneternya sebesar 70 triliun yen membuat mata uang Jepang masih bergerak melemah terhadap dolar AS. Pelemahan juga terjadi pada mata uang dolar Hong Kong, dolar Singapura dan yuan. Sebaliknya, dolar Taiwan dan baht justru menguat, masing-masing ke level 30,17 per dolar dan 32,891 per dolar. (Tempo.co/q)