UMKM Jadi Penopang Ekonomi Indonesia

- Sabtu, 25 Januari 2014 14:22 WIB

Warning: getimagesize(https://www.hariansib.com/cdn/uploads/images/2014/01/hariansib.com): Failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.1 404 Not Found in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 170

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 171

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 172
Surakarta (SIB)- Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Surakarta, Arif Nazaruddin mengatakan, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Terlebih 98,88 persen usaha di Indonesia berupa UMKM. "Sumbangannya ke produk domestik bruto mencapai 33 persen," kata Arif di Surakarta, Rabu 23 Januari 2014.Karena itu, pertumbuhan sektor ini perlu digenjot lebih cepat. Namun, menurut Arif, karena tidak bisa menyalurkan permodalan secara langsung, Bank Indonesia menggunakan model pengembangan klaster untuk mendorong pertumbuhan UMKM. Klaster UMKM dapat meningkatkan produktivitas, memacu inovasi, dan merangsang tumbuhnya bisnis baru.Agar upaya tersebut sukses, pembiayaan ke sektor ini perlu ditingkatkan, termasuk dari perbankan syariah. Namun, keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah di Surakarta dinilai belum memberi kontribusi berarti bagi pengembangan UMKM. "Pembiayaan perbankan syariah sekitar 5 persen dari total pembiayaan. Jadi masih sangat kecil," kata Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah Surakarta, Wisnu Untoro.Menilik data Bank Indonesia, kinerja perbankan per November 2013 mencapai Rp 46 triliun. Dari angka itu, pembiayaan perbankan syariah tercatat Rp 3,474 triliun. Dan khusus BPR Syariah hanya Rp 133 miliar. (Baca pula: Pembiayaan BPR Syariah ke UMKM Masih Minim).Wisnu menilai minimnya pembiayaan UMKM oleh perbankan syariah, khususnya BPR Syariah, karena masyarakat menganggap perbankan syariah tidak beda dengan perbankan konvensional. "Istilahnya hanya ganti kulit," ucapnya.Untuk itu, dia mendorong perbankan syariah dan BPR Syariah mengedepankan prinsip-prinsip pembiayaan syariah. Misalnya, menggenjot model pembiayaan musyarakah, yaitu perjanjian kerjasama di mana ada untung dan kemungkinan rugi. "Model musyarakah jarang dipakai perbankan syariah. Padahal banyak yang menginginkannya," katanya. Dia berharap, jangan sampai ada kesan perbankan syariah hanya ingin untung tapi tidak mau rugi.(TEMPO.CO /W) 


Tag:

Berita Terkait

Ekonomi

Desa Rusak dan Akses Terputus, Madina Minta Dukungan Pemulihan Pasca Bencana

Ekonomi

Pemerintah Siapkan Skema Pemulihan UMKM Terdampak Bencana, Diputuskan Senin

Ekonomi

Polres Tanjungbalai Dukung Kerajinan Lokal Melalui Dekranasda

Ekonomi

Menteri UMKM Maman Abdurrahman: Perbankan Harus Empati pada UMKM Korban Bencana

Ekonomi

Asosiasi Pedagang Food Court Terima Sertifikat Halal dari Pemko Tanjungbalai

Ekonomi

APBN 2025 di Sumut Terserap Rp14,29 T, Penyaluran KUR Capai Rp12,78 T