Medan (harianSIB.com)Kinerja
Rupiah dan IHSG selama sepekan sebelumnya mampu mencatatkan hasil positif. Namun, sepekan ke depan, pasar keuangan akan dipengaruhi oleh berbagai
agenda ekonomi dari tanah air, seperti rilis
indeks kepercayaan konsumen,
penjualan ritel,
penjualan kendaraan bermotor, hingga
penjualan mobil.Hal itu diungkapkan Pengamat Ekonomi dan Keuangan
Gunawan Benyamin, Senin (8/7/2024). Disebutnya, jelang akhir pekan, data ekspektasi inflasi AS juga menjadi perhatian utama pasar. The FED diperkirakan tidak akan menaikkan
suku bunga acuan lagi. Namun, di sisi lain, The FED juga diproyeksikan belum akan memangkas
suku bunga acuannya, sehingga pelaku pasar harus berhati-hati dalam merespons pidato The FED. Terlebih, jika data ekonomi dalam negeri menunjukkan penurunan aktivitas ekonomi, pasar akan semakin waspada.
Pada sesi perdagangan Senin pagi, IHSG ditransaksikan melemah di kisaran level 7.145, sejalan dengan mayoritas bursa di Asia yang juga mengalami pelemahan. IHSG diperkirakan bergerak dalam rentang 7.000 hingga 7.175 sepanjang pekan ini, dengan tekanan besar bisa muncul dari sikap The FED.
Sementara itu, Rupiah terpantau sedikit menguat di level 16.270 per dolar AS. Namun, Rupiah masih dibayangi oleh sikap Bank Sentral AS yang mungkin tidak akan memangkas suku bunga acuannya tahun ini. Rupiah diperkirakan akan diperdagangkan dalam rentang 16.230 hingga 16.370 per dolar AS, dan pergerakannya akan sangat dipengaruhi oleh arah pidato Gubernur Bank Sentral AS.
Harga emas ditransaksikan di level 2.385 dolar AS per ons troy, lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja harga emas pada perdagangan Jumat sore pekan lalu yang berada di kisaran 2.360 dolar AS per ons troy.
Kenaikan harga emas ini dipengaruhi oleh memanasnya tensi geopolitik di Timur Tengah, meskipun sikap The Fed akhir-akhir ini kurang mendukung kenaikan harga emas (*)