Medan(harianSIB.com)
Lonjakan harga cabai merah yang sempat menyentuh Rp100.000/kg beberapa hari lalu memunculkan dugaan adanya permainan spekulan di pasar. Namun, ekonom Gunawan Benyamin menilai kemungkinan itu sangat kecil, mengingat komoditas cabai memiliki karakter mudah rusak dan hanya mampu bertahan sekitar dua hari dalam kondisi segar.
"Kalau ada spekulan, mereka harus punya ruang pendingin untuk menjaga kualitas. Tanpa itu, cabai cepat busuk dan menyusut, sehingga justru merugikan," ujarnya, Jumat (31/10/2025).
Gunawan menjelaskan, pedagang pasar tradisional umumnya tidak memiliki cold storage atau fasilitas penyimpanan memadai sehingga ruang untuk menimbun dan mengatur pasokan praktis tidak ada. Ia menyebut stok cabai yang terlihat menumpuk di lapangan lebih disebabkan pasokan yang tidak habis terjual, bukan upaya spekulasi harga.
"Lebih menguntungkan bagi pedagang mengobral cabai pada hari yang sama dibandingkan menyimpan untuk besok dengan risiko kualitas turun dan harga tidak pasti," kata dia.
Baca Juga: Muniruddin Ritonga Desak Kemendag dan Badan Pangan Nasional Tetapkan HET Cabai Merah Menurutnya, spekulasi
harga hanya mungkin terjadi jika pelaku usaha memiliki modal besar, penguasaan rantai pasok, hingga fasilitas penyimpanan berskala besar.
"Saya tidak menemukan adanya model pedagang cabai konglomerasi seperti itu," tegas Gunawan. Ia memastikan, kenaikan harga cabai lebih dipengaruhi dinamika pasokan dan permintaan di pasar, bukan permainan harga oleh spekulan.(*)
Editor
: Robert Banjarnahor