Jakarta (SIB) -Menko Polhukam Wiranto menyinggung kasus pembakaran bendera tauhid di Garut beberapa waktu silam. Dia mengatakan dampak pembakaran bendera ormas terlarang HTI itu bikin gaduh se-Indonesia.
"Kemarin ada permasalahan, nggak besar cuma di kecamatan kecil, Limbangan, Garut, pembakaran bendera di kecamatan. Pelakunya tiga orang tapi perkembangannya kok sampai ke negara, ke Indonesia yang lebih luas, 3 orang bisa membuat 162 juta orang kena akibatnya, ini nggak adil," kata Wiranto di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (9/11).
Wiranto menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan awal dialog kebangsaan bersama ulama dan pimpinan ormas Islam. Dia berharap melalui dialog ini masalah bendera bisa terselesaikan.
"Maka saya minta bahwa Bapak-bapak ini, intern Islam, antar-Islam, yang bawa bendera orang Islam, yang bakar orang Islam, mereka masing-masing punya komunitas. Ini perlu kearifan, oleh karena itu pada saat teman-teman yang kemarin melakukan unjuk rasa pengen bertemu, ayo bertemu, itu keharusan kita, bertemu melakukan satu upaya ukhuwah Islamiyah," ujar Wiranto.
"Kalau dengan semangat tabayun akan selesai. Saya kira Bapak-Ibu sekalian, para ulama lebih paham masalah ini. Mari kita coba selesaikan. Kembali kita bersama mengingatkan tanggung jawab kita pada umat Islam itu sangat besar, maka mari kita melaksanakan perbincangan ukhuwah," sambung dia.
Wiranto juga menjelaskan tugasnya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan yakni menjaga stabilitas bangsa. Menurutnya negara yang stabil tidak akan membuat rakyatnya sengsara.
"Tugas Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan itu sebenarnya mudah, menjaga stabilitas negara di bidang politik hukum dan keamanan. Mengapa negara kok harus stabil? Sebab negara itu kan dihuni oleh banyak orang," paparnya.
"Negara adalah satu wilayah manusia atau masyarakat dan pemerintah yang sah yang kalau oleng, nggak stabil, nggak bisa kerja, kalau nggak bisa kerja, nggak bisa membangun, kalau nggak bisa membangun berarti tak memberi kemaslahatan bagi umat. Maka banyak contoh negara yang tak stabil, nggak makmur, pasti sengsara rakyatnya," imbuhnya.
Dialog kebangsaan ini bertajuk 'Dengan Semangat Ukhuwah Islamiyah Kita Jaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa'. Ulama yang hadir di antaranya Yusuf Mansur dan Muhammad Al Khaththath. Perwakilan dari ormas Islam seperti PP Muhammadiyah, PBNU, hingga GNPF Ulama.
Dialog kebangsaan ini dilakukan secara tertutup.
Berharap Selesai
Wiranto mengingatkan agar aksi demo tak dipolitisasi. Dia melihat ada beberapa aksi yang ditunggangi HTI.
"Tadi saya juga mengingatkan pada teman-teman yang demonstrasi, hati-hati, demonstrasi yang terkadang punya niat baik untuk membangun satu pemahaman positif, terkadang dia ditunggangi oleh kelompok lain untuk kepentingan politik," kata Wiranto seusai dialog dengan ulama di kantornya.
"Tadi saya tayangkan untuk demonstrasi yang kedua kali itu, ternyata memang ditunggangi oleh kelompok-kelompok yang memanfaatkan kepentingan politik tertentu, dimanfaatkan oleh teman-teman dari HTI untuk tetap eksis berorganisasi," lanjut dia.
Saat berdialog dengan para ulama, kata Wiranto, sudah ada kesamaan paham soal bendera tauhid. Dia bilang aksi pembakaran bendera tauhid di Garut karena kesalahpahaman.
"Dari perwakilan organisasi yang anak buahnya membakar bendera, juga organisasi yang anak buahnya membawa bendera ini saya kumpulin jadi satu, silakan berdialog dan saya bersyukur dialog berlangsung sangat santai, bersahabat dipenuhi dengan suatu kesadaran bahwa dialog semacam ini mencari kebenaran semangat tabayun," papar dia.
"Kita gembira terjadi kesepakatan bahwa ini ada kesalahpahaman yang tidak lagi boleh di masa ke depan nantinya," imbuh Wiranto.
Wiranto berharap perdebatan soal bendera dengan simbol-simbol tauhid bisa selesai. Para ormas Islam, tambahnya, sudah menerima putusan hukum kepada 3 pelaku dalam insiden pembakaran bendera itu.
"Kesimpulannya adalah bahwa semua sudah menerima apa yang sekarang sudah diselesaikan. Masalah ukhuwah Islamiah tauhid, akidah yang selama ini masih terjadi perdebatan walaupun sudah mereda tetapi perdebatan yang cukup sengit tentang bagaimana pembakaran bendera, yang pembakar dianggap bendera HTI, tapi sementara sebagian kalangan dianggap sebagai simbol tauhid sehingga terjadi perbedaan yang sangat tajam," jelasnya.
Dia juga mengatakan pertemuan dengan ulama akan dilakukan secara berkala. Tujuannya agar kebersamaan umat Islam terus terjaga.
"Saya kira pertemuan semacam ini akan dilakukan secara berkala, periodik agar kebersamaan kita sesama umat Islam, sesama antaragama tetap terjaga," katanya.
Urusan Saudi
Di sisi lain, Wiranto enggan berkomentar banyak soal terpasangnya bendera yang dianggap warga setempat sebagai bendera ISIS di kediaman Habib Rizieq Syihab. Dia menyerahkan insiden itu kepada pemerintah Arab Saudi.
"Itu urusan Arab Saudi, saya nggak akan mengurusi negara lain, bagaimana proses di Arab Saudi sana, serahkan pemerintah Arab Saudi," kata Wiranto.
Lebih lanjut, Wiranto juga enggan berandai-andai soal dugaan adanya operasi intelijen dalam insiden pemasangan bendera di kediaman Rizieq itu.
"Jangan katanya, saya nggak bahas katanya," singkat Wiranto. (detikcom/d)