Jakarta (SIB)- Seiring pertumbuhan ekonomi di suatu daerah, gerai fast-food bermunculan di sepanjang jalan besar suatu wilayah. Tak heran, masyarakat kota besar makin banyak yang mengidap diabetes, khususnya tipe-2.Para ilmuan membuktikan bahwa bertambahnya jumlah penderita diabetes dan obesitas berkaitan dengan jumlah gerai fast-food yang ada di lingkungan tempat tinggal. Mereka mengamati 10.000 orang di Inggris dan menemukan terdapat dua toko makanan siap saji dengan jarak 500 meter dari rumah penderita."Hasilnya cukup memberikan peringatan dan berimplikasi terhadap kesehatan masyarakat untuk mengintervensi pembatasan jumlah gerai fast-food di dekat rumah penderita," ujar pimpinan peneliti, Prof Kamlesh Khunti dari Universitas Leichester, dikutip dari berbagai sumber Kamis.Di dalam jurnal Public Health Nutrition, peneliti mengungkapkan bahwa setiap penambahan dua gerai fast-food di lingkungan tempat tinggal penderita, patut dicurigai terdapat penambahan kasus baru penderita diabetes, dengan asumsi terdapat hubungan sebab akibat di antara keduanya.Jumlah ini berbeda secara substansial berdasarkan demografik, termasuk etnis non-kulit putih. Orang-orang yang berasal dari berbagai etnik yang tinggal di Inggris memiliki lebih dari dua gerai makanan siap saji di pemukimannya dibandingkan dengan penduduk kulit putih."Kami menemukan jumlah gerai fast-food lebih banyak di tempat yang ditinggali populasi kulit hitam dan etnis minoritas. Hal ini dikaitkan dengan lebih tingginya prevalensi obesitas dan diabetes," ucap Khunti.Dr Patrice Carter yang juga berasal dari Leichester berkata, Asosiasi pengamat tidak terkejut dengan adanya hubungan antara jumlah gerai makanan siap saji dengan penderita obesitas dan diabetes tipe 2."Makanan cepat saji memiliki kandungan lemak tinggi, asam lemak trans dan garam yang porsinya telah meningkat dua hingga lima kali lipat pada 50 tahun terakhir. Satu porsi makanan cepat saji menyediakan sekitar 1400 kalori dan gerai fast-food menyediakan minuman yang memiliki banyak kandungan gula," ujar Dr Patrice Carter. (detikhealth/f)