Komunitas Bim Buktikan Belajar Itu Menyenangkan

Redaksi - Sabtu, 13 Maret 2021 09:46 WIB

Warning: getimagesize(https://www.hariansib.com/cdn/photo/berita/dir032021/_7859_Komunitas-Bim-Buktikan-Belajar-Itu-Menyenangkan.jpg): Failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.1 404 Not Found in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 170

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 171

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 172
Internet
Komunitas Belajar Itu Menyenangkan (BIM)

Kemampuan membaca dan menulis menjadi hal dasar dalam pendidikan. Tapi tingkatan pendidikan ternyata tidak menjamin kemampuan itu bisa dimiliki setiap anak. Faktanya, ada sejumlah anak kelas 5 dan 6 SD di Desa Sukaraja, Kabupaten Bekasi, justru belum mampu baca tulis.

Prihatin dengan kondisi tersebut, Komunitas Belajar Itu Menyenangkan (BIM) menemukan bahwa yang memang fokus pada permasalahan sosial di wilayah Kabupaten Bekasi itu kerap mengajak anak-anak tersebut melakukan kegiatan belajar yang menyenangkan.

Menurut Ketua BIM Nofita Puji, persoalan sistem sekolah yang menjadi menyebab kemampuan murid-murid tersebut tidak seperti anak seusianya. "Ada tiga anak kelas 5 dan 6 SD di kelas BIM yang belum bisa baca tulis. Mereka sebenarnya sekolah formal, tapi guru di sekolahnya itu ada masalah dengan kepala sekolah jadi kegiatan belajar mengajar nggak efektif," kata Nofita kepada Suara.com beberapa waktu.

Dengan mengajar sambil bermain, BIM akhirnya berhasil menarik anak-anak tersebut agar bisa belajar baca tulis. Meski awalnya malu karena harus satu kelas dengan siswa kelas 1 SD. "Kita nggak bisa kalau paksa mereka. Jadinya kita pakai pendekatan persuasif, kita ajak main dulu," jelas Nofita.

Tak hanya belajar, BIM juga ingin mengampanyekan bahwa berbagi dengan sesama manusia juga adalah hal yang menyenangkan. Menurut Nofita, transfer ilmu merupakan berbagi paling murah yang bisa dilakukan.

"Tapi nggak ada salahnya juga kalau memang sedang ada sedikit rezeki kita berbagi materil dengan sesama. Makanya di BIM, selain belajar, juga kita buat 'Sabu-sabu'," katanya.

Nofita menjelaskan, sabu-sabu merupakan singkatan dari satu bulan satu bungkus. Lewat donasi yang diberikan orang-orang, BIM membagikan nasi bungkus kepada kaum marjinal seperti pemulung, gelandangan, hingga tuna wisma. Nofita ingin BIM bisa menjadi wadah bagi siapa pun yang ingin berbagi namun tidak memiliki waktu.

"Pada hakikatnya manusia makhluk sosial. Tapi terkadang niat berbagi dengan sesama terhalang kesibukan," katanya.

Ia menyadari, tak sedikit komunitas di daerah lain yang memiliki gerakan yang sama seperti BIM. Sayangnya Kabupaten Bekasi belum tersentuh sama sekali. Menurutnya, perlu lebih banyak komunitas masuk ke daerah-daerah setidaknya untuk mendampingi masyarakat dalam mencari solusi peraoalan sosial.

"Kita nggak bisa terus-menerus mengandalkan atau menyalahkan pemerintah. Jadi lebih baik kita yang ikut bergerak membantu meski dengan hal-hal sederhana," tutur mahasiswa Universitas Mercu Buana tersebut. (komunita.id/f)

Sumber
: Hariansib edisi cetak

Tag:

Berita Terkait

Komunitas

Banjir dan Longsor Melanda Taput, Sekolah Beralih ke Pembelajaran Online

Komunitas

Dampak Cuaca Extrem, Dinas Pendidikan Kota Binjai Terapkan Proses Belajar Secara Daring

Komunitas

SMAN 1 Kualuh Leidong Berbenah, Ciptakan Sekolah Nyaman dan Generasi Berkarakter

Komunitas

Istana Respons soal Hotman Paris Mau Buktikan Nadiem Tak Bersalah di Hadapan Prabowo

Komunitas

Antisipasi Demo 1 September, 5 Daerah Putuskan Siswa Belajar Online

Komunitas

Disdik Simalungun Sosialisasikan Program Lima Hari Sekolah