Kiev (SIB)- Pemerintah Ukrania menawarkan kekuasaan lebih pada para politisi yang wilayahnya menuntut untuk merdeka. Hal tersebut dilakukan untuk meredam gejolak di wilayah timur. Perdana Menteri Ukrania Arseniy Yatsenyuk mengatakan, akan mengambil cara damai untuk memecah kebuntuan. Sebelumnya Pemerintah Ukrania menawarkan dua langkah dalam menghadapi krisis tersebut baik dalam menggunakan negosiasi atau pun tindakan tegas dari pemerintah. Hal ini membuat ia tidak menutup kemungkinan untuk menyerang para demonstran yang membawa senjata. Berdasarkan laporan, Yatsenyuk melakukan pertemuan dengan pejabat lokal di wilayah Timur Ukrania. Dia mendesak untuk membicarakan masalah otonomi yang lebih besar, tapi bukan untuk memisahkan diri. Demikian diberitakan The Scotsman, Minggu (13/4).Wilayah Timur merupakan jatung industri bagi Ukrania. Saat ini wilayah tersebut didiami oleh basis pendukung Rusia. Banyaknya porsi kekuasaan yang diberikan pada daerah dan penghapusan pemerintah di daerah bergejolak di Ukraina diprediksi bisa menjadi salah satu langkah untuk mendesentralisasikan negara ini.Operasi Anti-Teror Tewaskan Satu OrangMenteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov mengatakan bahwa seorang petugas keamanan di negara itu telah tewas dalam satu operasi antiteroris di kota Slaviansk, timur Ukraina. Melansir ITV, Minggu (13/4), selain seorang petugas keamanan yang tewas, lima orang lainnya dilaporkan telah terluka dalam operasi antiteroris tersebut.Sekadar diketahui, pasukan Ukraina telah melancarkan "operasi anti-teroris" secara resmi pada Minggu waktu setempat setelah orang-orang bersenjata pro-Rusia menyita bangunan di bagian timur negara itu. "Operasi anti-teroris telah dimulai di Slaviansk. Operasi ini dikelola oleh pusat anti-teroris dari Dinas Keamanan Ukraina. Semua lembaga penegak hukum negara berpartisipasi dalam operasi ini," tulis Avakov dalam laman Facebook-nya.Slaviansk menjadi titik lokasi utama pada Sabtu, 12 April ketika orang bersenjata menyerbu dan merebut sebuah bangunan polisi. Orang-orang bersenjata tersebut tiba dengan dua mini-bus, datang ke kantor polisi dan melepaskan tembakan sebelum masuk ke dalam melalui jendela. Tiga petugas polisi pun luka ringan. Orang-orang bersenjata itu memperkenalkan diri mereka sebagai bagian dari kelompok inisiatif Republik Donetsk. Tujuan mereka adalah untuk merebut ratusan senjata di dalam gedung kepolisian. Bahkan, mereka meminta polisi untuk meninggalkan gedung tersebut.Rusia: Pembicaraan Ukraina Bisa BatalMenteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan tindakan bersenjata apapun yang dilakukan pemerintah Ukraina di sebelah timur negara itu akan merusak rencana perundingan. Komentar ini diucapkan setelah militan pro-Rusia menyerbu markas kepolisian di Kramatorsk, wilayah bagian timur Ukraina pada Sabtu (12/04).Lavrov mengatakan pemerintah Ukraina telah "menunjukan ketidakmampuan mereka untuk menentukan masa depan negaranya." Pembicaraan antara Rusia, Amerika Serikat, Ukraina, dan Uni Eropa dijadwalkan berlangsung di Jenewa pada Kamis (17/04) mendatang. AS telah mengutuk peran Rusia yang "menghasut" sehingga menciptakan kekacauan di Ukraina timur. Rusia sejauh ini membantah terlibat langsung terhadap konflik yang terjadi di daerah itu. Namun AS mengatakan ada "pergerakan terpusat" yang dilakukan secara sengaja dengan dukungan dari Rusia untuk mengusik pemerintahan baru di Kiev. Dalam sambungan telepon, Menteri Luar Negeri AS, John Kerry mendesak Rusia untuk meredam konflik. Jika tidak, Rusia harus bersiap untuk menghadapi sejumlah sanksi tambahan dari pihak internasional.Kerry mengatakan serangan di timur Ukraina mirip dengan gerakan Crimea awal tahun ini. "Jika Rusia tidak mengambil langkah-langkah untuk menurunkan ketegangan di Ukraina timur dan memindahkan pasukannya kembali dari perbatasan Ukraina, akan ada konsekuensi tambahan," ia memperingatkan. (BBC/okz/w)Simak berita lainnya di Harian Umum Sinar Indonesia Baru (SIB). Atau akses melalui http://epaper.hariansib.co/ yang di up-date setiap hari pukul 13.00 WIB.