Vietta Siagian Satu-satunya WNI Ikut Bantu Penangkaran Kiwi di Selandia Baru

- Selasa, 21 Januari 2014 09:02 WIB

Warning: getimagesize(https://www.hariansib.com/cdn/uploads/images/2014/01/hariansib_Vietta-Siagian-Satu-satunya-WNI-Ikut-Bantu-Penangkaran-Kiwi-di-Selandia-Baru.jpg): Failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.1 404 Not Found in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 170

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 171

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 172
SIB/KBRI wellington
Vietta Siagian saat bekerja di pusat penangkaran Kiwi di Westshore Wildlife Reserve, Selandia Baru.
Wellington (SIB)- Seorang WNI yang tinggal di kota Napier, Selandia Baru turut berjasa melestarikan ikon nasional Selandia Baru, burung Kiwi, yang belakangan populasinya terus menurun dan semakin langka. Dia adalah Vietta Siagian, seorang wanita berumur 44 tahun. Wanita Indonesia itu telah bekerja di pusat penangkaran Kiwi setempat sejak tahun 2005. Dia tercatat sebagai satu-satunya WNI yang bekerja di pusat penangkaran Kiwi di Westshore Wildlife Reserve."Membanggakan karena dedikasi warga kita, yang bekerja sejak tahun 2005 ini dikenal Dewan Kota Napier turut membantu melestarikan binatang Kiwi yang menjadi simbol atau ikon nasional Selandia Baru ini," kata PLE Priatna, Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Wellington saat mengunjungi pusat penangkaran di Westshore Wildlife Reserve, Napier. "Sebagai WNI yang bekerja di sentra penangkaran spesies yang dilindungi ini, di tangannya sepanjang 8 tahun, terbukti sekitar 35-40 butir telur Kiwi telah berhasil ditetaskan dan dibesarkan," imbuh Priatna dalam rilis pers KBRI Wellington, Senin (20/1).Burung Kiwi (Apteryx Rowi dan Apteryx Mantelli) yang hanya ada di Selandia Baru ini, ukuran tubuhnya sebesar "ayam kate" dan tidak bisa terbang. Saat ini populasinya hanya mendekati 70.000 ekor saja. Bahkan populasi burung Kiwi jenis Rowi dan Mantelli yang berwarna coklat gelap dengan bulu kasar menyerupai landak itu, pernah merosot jumlahnya hingga hanya tinggal 400 ekor saja. Pemerintah Selandia Baru menargetkan populasi Kiwi Rowi dan Mantelli ini bisa mencapai 600 ekor pada tahun 2018 mendatang."Sejak tahun 2005 hingga kini ada 4 pasang burung Kiwi yang ditangkarkan. Setiap tahunnya sepasang burung Kiwi bisa menghasilkan 2 hingga 3 telur. Telur Kiwi lebih besar dari badan rata-rata Kiwi. Butuh 75 sampai 85 hari untuk menetaskan sebutir telur Kiwi melalui alat inkubator," papar Vietta Siagian yang bersuamikan seorang pilot berkebangsaan Selandia Baru yang juga pecinta burung Kiwi ini."Kiwi ini pemakan cacing, ulat dan serangga, tapi di sini kami siapkan makanan tambahan (artificial diet), berupa irisan/cacahan jantung sapi segar, yang disajikan saat menjelang gelap (malam). Karena Kiwi tidur di siang hari dan makan di malam hari. Kiwi pemakan daging tapi pemalu dan rentan serangan binatang buas lainnya," imbuh Vietta sembari meletakkan mangkuk makanan di kandang.Dijelaskannya, anak burung Kiwi dewasa kemudian akan dikembalikan ke habitat di hutan Okarito atau pun diserahkan ke kebun binatang yang sanggup merawatnya. Berat Kiwi betina adalah sekitar 2,8 Kg dan jantan sekitar 2,2 Kg. Kiwi jantan yang berada di alam bebas, umumnya bertugas mengerami telur hingga menetas. (detikcom/x)


Tag:

Berita Terkait

Luar Negeri

Pdt Penrad Siagian: Rehabilitasi Bencana Sumatra Terancam Mandek Tanpa Status Bencana Nasional

Luar Negeri

Pemkab Batubara Terima Bantuan 99,6 Ton Beras dari Bapanas untuk Warga Terdampak Banjir

Luar Negeri

Angela Tanoesoedibjo - Donna Siagian Dolanan Anak, Joget Bersama Ibu-ibu di Pengungsian Bencana Sumut

Luar Negeri

Baharuddin Siagit: HUT ke-19 Batubara Momentum Perkuat Kolaborasi antar Stakeholder

Luar Negeri

Pdt Penrad: Pemerintah Pusat Terkesan Lamban Tetapkan Bencana Sumatera Jadi Bencana Nasional

Luar Negeri

Kader Partai Perindo Diinstruksikan Ikut Tanggap Darurat di Daerah Terdampak Bencana