ISLAMABAD (SIB) -Dikenal sebagai "Bapak Taliban", ulama dan politisi terkemuka Pakistan, Maulana Sami Ul-Haq tewas ditikam oleh orang tidak dikenal di kediamannya di Rawalpindi pada Jumat (2/11). Diwartakan Times of Islamabad, sekretaris pribadi dan penjaga dari pemimpin Jamiat Ulema-i-Islam itu diinterogasi selama tiga jam pada Sabtu (3//2018). Maulana tewas diserang di rumahnya, ketika para staf pribadinya tidak berada di rumah. Dia sempat dilarikan ke rumah sakit, namun tidak dapat diselamatkan karena menerima total 12 luka pada perut, jantung, dahi, dan telinga.
Times of India mengabarkan, putra Maulana, Hamid Ul-Haq, mengatakan ayahnya ditikam beberapa kali di kamar tidurnya. "Ayah saya berada di Islamabad untuk memimpin aksi protes atas faksi Jamiat Ulema-i-Islam terhadap pembebasan Aasia," katanya. "Karena penyakitnya yang berhubungan dengan usia, dia kembali ke rumah untuk beristirahat tapi ditikam sampai meninggal dunia," ujarnya.
Dia mengatakan, pembunuhan terhadap ayahnya merupakan upaya untuk mengalihkan perhatian dari penghasutan yang berlangsung di seluruh negeri. Maulana berusia 83 tahun, dia juga merupakan kepala Darul Uloom Haqqania yang melatih ratusan pemuda untuk bergabung dengan Taliban pada 1990-an. Beberapa pemimpin Taliban terkenal, termasuk pendiri gerakan Taliban di Afghanistan Mullah Omah pernah berguru dengannya.
Melansir AFP, beberapa analis menilai dia tidak memiliki pengaruh pada Taliban di Afghanistan. "Dia tidak memiliki pengaruh apa pun terhadap Taliban Afghanistan, tetapi dia mendukung perjuangan mereka," kata analis Rahimullah Yusufzai. "Banyak pemimpin dan pejuang Taliban Afghanistan telah belajar darinya," ujarnya. Media Pakistan menyebut kematian Maulana sebagai pukulan bagi proses perdamaian Afghanistan, tetapi Yusufzai meragukannya.
Dia menyatakan, kematiannya tidak akan berdampak pada pembicaraan perdamaian karena dia tidak pernah menjadi bagian dari negosiasi. Sementara itu, pengguna media sosial di Afghanistan menyebutnya sebagai "pembuat onar". "Taliban telah kehilangan ayah mereka, sekarang mereka yatim piatu," tulis Bilal Noori, seorang warga Afghanistan. Kematiannya secara luas dikecam di Pakistan oleh politisi dan pemimpin agama, sementara Perdana Menteri Imran Khan menyerukan penyelidikan atas pembunuhan tersebut.
Rusia Bakal Jadi Tuan Rumah
Sementara itu, pemerintah Rusia mengumumkan pada Sabtu (3/11) akan menjadi tuan rumah pertemuan dialog internasional membahas konflik di Afghanistan pada 9 November mendatang. Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan telah mengundang perwakilan dari pemerintah Afghanistan dan juga kelompok Taliban untuk turut hadir dalam pertemuan. Moskow bahkan mengklaim Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan Taliban telah setuju untuk mengirimkan delegasinya ke acara pertemuan. "Pertemuan ini akan menjadi pertama kalinya delegasi dari Kantor Politik Pergerakan Taliban di Doha ambil bagian dalam dialog internasional setingkat ini," kata Kementerian Luar Negeri Rusia.
Meski demikian klaim Moskow tidak sepenuhnya didukung oleh Pemerintahan Afghanistan, yang mengaku belum memberi konfirmasi untuk hadir. "Kami masih membicarakan dan bernegosiasi dengan pejabat Rusia (terkait konferensi). Kami belum mencapai kesepakatan," kata juru bicara kementerian luar negeri, Sebghatullah Ahmadi kepada AFP.
Moskow menambahkan, selain perwakilan dari Afghanistan dan Taliban, undangan juga telah disampaikan kepada AS, India, Iran, China, Pakistan dan lima negara bekas Soviet di Asia Tengah. "Rusia telah menegaskan kembali posisinya bahwa tidak ada alternatif lain untuk penyelesaian masalah politik di Afghanistan," tulis pernyataan kementerian. Ini bukan kali pertama Rusia mengajukan diri sebagai tuan rumah dalam pertemuan membahas perdamaian di Afghanistan.
Pada April 2017, pertemuan serupa sempat diselenggarakan di Moskow. Sementara, pemerintah AS telah memperbarui upaya untuk melibatkan Taliban dalam pembicaraan damai dengan pemerintah Afghanistan. Perwakilan Taliban dikabarkan telah bertemu dengan pejabat AS setidaknya sebanyak dua kali di Qatar dalam beberapa bulan terakhir. Pertemuan terakhir pada 12 Oktober lalu dengan AS mengutus Zalmay Khalilzad. (AFP/kps/f)