Via Twitter, Dubes AS Ungkap Kesedihan akan Perburuan Lumba-lumba di Jepang

- Rabu, 22 Januari 2014 13:18 WIB

Warning: getimagesize(https://www.hariansib.com/cdn/uploads/images/2014/01/hariansib_Via-Twitter--Dubes-AS-Ungkap-Kesedihan-akan-Perburuan-Lumba-lumba-di-Jepang.jpg): Failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.1 404 Not Found in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 170

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 171

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 172
SIB/int
Lumba-lumba
Tokyo (SIB)- Duta Besar Amerika Serikat untuk Jepang Caroline Kennedy prihatin dengan perburuan besar-besaran lumba-lumba di Jepang. Kennedy mengungkapkan keprihatinannya melalui akun twitter. "Saya sangat prihatin akan perilaku tak berperikemanusiaan yang mendorong perburuan lumba-lumba," tulis Kennedy dalam akun twitternya seperti dilansir dari Reuters, Senin (20/1).Perburuan tahunan yang masih berlangsung hingga saat ini di Taiji, Perfektur Wakayama, Jepang sudah lama menjadi kontroversi dan menjadi topik dari film dokumenter pemenang Oscar, The Cove. Setiap tahun, nelayan di Taiji mendorong ratusan lumba-lumba ke sebuah teluk kecil. Mereka memisahkan lumba-lumba itu untuk dijual ke taman laut, melepaskan sebagian, dan sisanya dibunuh untuk diambil dagingnya. Jepang telah lama menyatakan bahwa membunuh lumba-lumba tidak dilarang oleh hukum internasional mana pun dan hewan tersebut tidak terancam punah."Pemancingan lumba-lumba adalah salah satu tradisi memancing di Jepang dan itu sudah dilakukan dengan tepat sesuai dengan hukum," kata Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga. "Kami akan menjelaskan sikap kami kepada pihak Amerika Serikat," lanjut Suga. Ia menambahkan bahwa mamalia laut adalah sumber daya laut yang penting dan harus dipancing secara berkelanjutan.Komunitas pelindung satwa yang mengawasi aktivitas nelayan di Taiji, Sea Sepherd, menyebutkan ada lebih dari 200 lumba-lumba telah dikurung dalam teluk yang terpencil. "Butuh waktu 20 hingga 30 menit bagi lumba-lumba untuk mati, dimana mereka kehabisan darah, tercekik, atau tenggelam saat dibawa ke rumah jagal," kata aktivis Sea Sepherd Melissa Sehgal. Sehgal menambahkan bahwa lumba-lumba jenis bottlenose sangat berharga karena mereka bisa dilatih untuk melakukan berbagai trik. Serikat nelayan Taiji belum bisa dimintai keterangan.Taiji menjadi sorotan setelah The Cove yang disutradari oleh mantan fotografer National Geographic Louie Psihoyos dirilis pada tahun 2009. Film tersebut menunjukkan detail perburuan yang mengerikan serta memberi ajakan untuk menghentikan pemancingan komersial mamalia laut.Para nelayan mengungkapkan bahwa pemusnahan tersebut merupakan tradisi dalam kehidupan mereka dan sudah berlangsung selama ribuan tahun. Menurut asosiasi perikanan Taiji, musim perburuan lumba-lumba berjalan setiap tahun dari September hingga Maret.Sea Sepherd mengatakan bahwa 176 mamalia laut sudah terbunuh di musim ini, termasuk lumba-lumba jenis bottlenose, spotted, stripped, dan risso. Pemantauan secara persis sangat sulit untuk dilakukan karena nelayan menutupi area pembunuhan dengan terpal dan menutup akses ke teluk. (Detikcom/d)


Tag:

Berita Terkait

Luar Negeri

Elon Musk Pastikan Tak Berminat Akuisisi TikTok

Luar Negeri

Kekayaan Orang Terkaya Israel, Sumber Uangnya Disukai di Indonesia

Luar Negeri

Simbol Kata Kata Baik di Balik Kekuasaan

Luar Negeri

Indosat Pastikan Jaringan Stabil untuk Natal dan Tahun Baru 2024/2025

Luar Negeri

Krisis Pengguna di X, Elon Musk Lakukan Langkah Penyelamatan

Luar Negeri

X Diwajibkan Bayar Denda Ekstra Agar Layanan di Brasil Berlanjut