Jakarta
(harianSIB.com)Gelombang panas awal
musim panas yang melanda sebagian besar
Eropa telah memicu kekhawatiran luas. Di
Turki, lebih dari 50.000 orang terpaksa mengungsi akibat
kebakaran hutan yang terus meluas, sementara beberapa negara
Eropa lainnya juga mengeluarkan peringatan cuaca ekstrem.
Di Turki, pada Senin (30/6/2025), petugas pemadam kebakaran terus berjuang memadamkan kebakaran hutan yang terjadi untuk hari kedua di provinsi barat Izmir. Angin kencang memperparah kondisi di lapangan, menurut Menteri Kehutanan Turki, Ibrahim Yumakli.
Badan Penanggulangan Bencana Turki, AFAD, menyebutkan bahwa evakuasi telah dilakukan di lima wilayah terdampak, dengan lebih dari 42.000 warga berasal dari wilayah Izmir. Dalam beberapa tahun terakhir, wilayah pesisir Turki memang semakin rentan terhadap kebakaran hutan, seiring musim panas yang kian panas dan kering, fenomena yang banyak dikaitkan dengan perubahan iklim akibat aktivitas manusia.
Tak hanya Turki, negara-negara lain di Eropa juga bersiap menghadapi suhu ekstrem. Di Prancis, kebakaran hutan yang terjadi pada Minggu (29/6) di wilayah Aude, barat daya negara itu, telah menghanguskan sekitar 400 hektare lahan. Sejumlah warga terpaksa dievakuasi dari perkemahan dan biara. Meski kobaran api telah terkendali, petugas menyebutkan bahwa api belum sepenuhnya padam.
Layanan cuaca Prancis, Meteo France, bahkan mengeluarkan peringatan gelombang panas oranye untuk 84 dari 101 departemen, dan suhu diperkirakan akan mencapai puncaknya pada Selasa dan Rabu, dengan kemungkinan mencapai 40 derajat Celsius.
Sementara itu, Italia juga mengeluarkan peringatan merah gelombang panas untuk 16 kota besar, termasuk Roma dan Milan. Pemerintah daerah Lombardy, wilayah industri penting di utara Italia, bahkan berencana menghentikan pekerjaan di luar ruangan pada jam-jam terpanas sebagai langkah pencegahan, mengikuti seruan dari serikat pekerja.
Spanyol, Jerman, Portugal, hingga Belanda juga turut mengeluarkan peringatan suhu tinggi. Bahkan Belanda yang biasanya beriklim lebih sejuk memperingatkan potensi kombinasi suhu tinggi dan kelembapan yang dapat membahayakan kesehatan.
Editor
: Robert Banjarnahor