Lima(harianSIB.com)
Krisis politik Peru kembali memuncak setelah Kongres negara itu resmi memakzulkan Presiden Dina Boluarte dalam sidang darurat yang digelar Kamis malam (9/10/2025) waktu setempat. Keputusan pemakzulan itu diambil dengan dukungan mayoritas mutlak 118 dari 122 anggota parlemen.
Langkah dramatis tersebut diambil di tengah meningkatnya tekanan publik dan gelombang protes terhadap pemerintahan Boluarte yang dianggap gagal mengendalikan kejahatan dan korupsi. Boluarte, yang tidak menghadiri sidang pemakzulan, disebut sebagai salah satu pemimpin paling tidak populer di dunia dengan tingkat kepercayaan publik hanya 2-4 persen.
Presiden Kongres Jose Jeri mengumumkan hasil pemungutan suara yang menandai berakhirnya masa jabatan Boluarte, yang baru memimpin sejak Desember 2022. "Dengan suara mayoritas, Kongres Republik memutuskan pemakzulan Presiden Dina Boluarte," ujarnya sebagaimana dilaporkan AFP, Jumat (10/10/2025).
Selama masa pemerintahannya, Boluarte dituduh memperkaya diri secara ilegal dan bertanggung jawab atas penindakan keras terhadap para demonstran dalam berbagai aksi protes nasional. Situasi sosial di Peru kian memanas dalam beberapa bulan terakhir, dipicu meningkatnya kejahatan terorganisir, kasus pemerasan, dan tudingan korupsi di lembaga legislatif maupun eksekutif.
Baca Juga: Wakil Wali Kota Medan Dukung Program KUR Perumahan Gelombang demonstrasi semakin meluas pekan lalu setelah parlemen mengesahkan undang-undang yang mewajibkan kaum muda bergabung dengan dana pensiun swasta, meski banyak dari mereka bekerja dalam kondisi yang tidak aman.
Pada Minggu (21/9/2025), protes di berbagai kota berubah ricuh ketika demonstran melempar batu dan bom molotov ke arah aparat. Polisi membalas dengan tembakan gas air mata, memicu bentrokan yang menyebabkan sedikitnya 18 orang luka-luka, termasuk 12 polisi dan enam jurnalis.