DBD dan Malaria Mewabah di Nisel

Dinkes Sumut: 8 Orang Meninggal dari Maret-Juni
Leo Bastari Bukit - Kamis, 15 Agustus 2024 21:22 WIB
Foto : VIVA.co.id/Andrew Tito
Ilustrasi Demam Berdarah Dengue (DBD)
Medan (harianSIB.com)Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan malaria mewabah di wilayah Kabupaten Nias Selatan (Nisel), Provinsi Sumut sejak Januari hingga Juli 2024.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Nisel merinci, setidaknya ada tujuh kecamatan yang terdampak meliputi Pulau-Pulau Batu, Pulau-Pulau Batu Timur, Pulau-Pulau Batu Barat, Pulau-Pulau Batu Utara, Simauk, Tanah Masa dan Hibala.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangannya menyampaikan, dalam kurun waktu selama tujuh bulan tersebut, kurang lebih sudah ada 562 orang warga yang terjangkit.

"Dari jumlah itu, sebanyak delapan orang meninggal dunia dan 554 warga lainnya telah dirawat dan dinyatakan sembuh dari wabah malaria tersebut," ungkapnya melalui keterangan tertulis yang diterima wartawan di Medan, Kamis (15/8/2024).

Sebagai bentuk upaya penanganan darurat, Pemerintah Kabupaten Nisel telah menetapkan Status Tanggap Darurat Bencana Non Alam Kejadian Luar Biasa Malaria dan Demam Berdarah Dengue dengan Nomor: 100.3.3.2/639/2024 selama 14 hari hingga tanggal 23 Agustus 2024.

Selain itu, Bupati Nisel juga telah membentuk Sistem Komando Penanganan Darurat Kejadian Bencana Non Alam Kejadian Luar Biasa Malaria dan Demam Berdarah yang ditetapkan melalui surat bernomor 100.3.3.2/646/2024 pada tanggal 9 Agustus 2024.

"Atas keputusan tersebut, unsur forkopimda se Kabupaten Nias Selatan rutin melaksanakan upaya penilaian dan kaji cepat di lokasi-lokasi yang menjadi zona merah wabah dua penyakit tersebut. BPBD Kabupaten Nias Selatan terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat untuk melakukan langkah-langkah strategis dan terintegrasi," jelas Muhari.

Di samping itu, lanjut dia, Dinas Kesehatan juga telah menerbitkan status kejadian luar biasa dan melaksanakan penanganan pasien melalui pusat-pusat pelayanan kesehatan. Di sisi lain, pemerintah kecamatan bersama muspida tak henti menggencarkan gotong royong pembersihan lingkungan sebagai bentuk mitigasi dan antisipatif.

Saat ini, Muhari menuturkan, wabah penyakit yang disebabkan oleh parasit protozoa yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan anopheles itu masih mengintai sebagian besar masyarakat Nisel. Kasus wabah yang masuk dalam kategori bencana non alam sesuai UU Nomor 24 tahun 2007 itu sebenarnya juga menjadi ancaman di wilayah lain di Tanah Air.

Sebagai negara tropis, Indonesia menyumbangkan kasus malaria terbanyak kedua di Asia, setelah India. Indonesia mencatat estimasi 811.636 kasus positif pada 2021, sebagaimana menurut data Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes). Indonesia sendiri, lanjutnya, merupakan salah satu dari sembilan negara endemik malaria di wilayah Asia Tenggara yang menyumbang sekitar 2% dari beban negara malaria secara global.

Kemenkes menunjukkan, pada 2023 sebanyak 389 kabupaten/kota telah melakukan eliminasi malaria sesuai target. Pada 2030 mendatang, seluruh wilayah Indonesia ditargetkan telah bebas kasus malaria. Tren pemeriksaan kasus malaria mengalami kenaikan pada 2023 dengan 3.464.862 pemeriksaan dibandingkan 3.358.447 pemeriksaan pada 2022.


Editor
: Eva Rina Pelawi

Tag:

Berita Terkait

Martabe

Bersama Membangun Kembali harapan, Sun Life Indonesia Berkomitmen Mendukung Pemulihan Banjir dan Longsor

Martabe

Aster Kasau Imbau Bantuan untuk Warga Terdampak Bencana Berupa Makanan Siap Santap

Martabe

BEM-SI Kerakyatan Sumut Minta Polisi Selidiki Peredaran Narkoba di Kawasan Jermal

Martabe

Saufi dan Regen Resmi Ambil Formulir, Rebut Kursi Ketua PWI Tanjungbalai

Martabe

Dinkes Sumut Paparkan Penanganan Banjir dan Longsor di 17 Daerah

Martabe

Wakil Wali Kota Medan Apresiasi Macan Asia Indonesia Bantu Warga