Tapsel(harianSIB.com)
Hari itu langit cerah. Meningkatnya intensitas cahaya matahari di ufuk timur, pertanda siang mulai tiba. Awan berarak perlahan, membiarkan sinar mentari menembus atmosfer bumi. Bayangan akhirnya membias lurus oleh cahaya yang merambat lurus.
Di sebuah desa kecil nan tenang bernama Hapesong Baru, lebih dikenal dengan Desa Sipente oleh warga Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, seorang wanita muda sibuk dengan aktivitas menyadap pohon karet milik tuannya.
Dengan lihai, wanita 30 tahunan itu memainkan pisau sadap, membuat irisan miring pada puluhan bahkan ratusan kulit batang pohon karet. Satu persatu lapisan kulit luar pohon terlebih dahulu dikupas lalu disayat, getah yang keluar ditampung menggunakan wadah batok kelapa.
Baca Juga: Kepergok Mencuri, Pria Asal Sidamanik Nyaris Diamuk Massa di Pematangsiantar Namanya Arnima Gulo, petani karet milenial dan energik yang tak mengenal kata lelah apalagi sifat malas. Meskipun telah berstatus wanita bersuami tak lantas membuatnya berpangku tangan. Prinsipnya, istri adalah penopang ekonomi keluarga.
Tak ada waktu terbuang. Setiap detik adalah kesempatan meski ia dan suaminya Petrus Gulo, hanya sebagai pekerja di kebun tetangga. Pasutri ini tetap gigih menekuni lakonnya sebagai pejuang nafkah.