Medan(SIB)- Selama bulan Ramadan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) berupaya menjaga kestabilan harga melalui pengawasan distribusi bersama Satgas Pangan, operasi pasar dan pasar murah untuk pengendalian inflasi."TPID bersama Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Medan juga senantiasa melakukan edukasi belanja bijak kepada masyarakat untuk menjaga inflasi dari sisi permintaan", ungkap Kepala Kaper BI Sumut Arief Budi Santoso kepada wartawan, Selasa (5/6).Arief menyinggung Indeks Harga Konsumen (IHK) Sumut di bulan Mei 2018 mengalami kontraksi. Secara bulanan IHK bulan Ramadan tercatat deflasi 0,74% mounth to mounth(mtm), berbeda arah dengan nasional yang mengalami inflasi 0,21% (mtm). Dengan perkembangan ini, sampai dengan periode laporan, inflasi tercatat sebesar -0,31% year to date(ytd) atau 3,59% year on year(yoy), masih berada dalam kisaran sasaran inflasi BI 3,5% + 1% (yoy)."Secara spasial, seluruh kota Survei Biaya Hidup (SBH) di Sumut mengalami deflasi",ujar Arief.Disebutnya, deflasi terdalam terjadi di Kota Medan sebesar 0,86% (mtm) dan Kota Padangsidimpuan 0,55% (mtm). Sementara Kota Sibolga dan Kota Pematangsiantar deflasi tipis yakni 0,07% (mtm) dan 0,01% (mtm). Sumber deflasi di bulan ini,sebutnya bersumber dari kelompok volatile food dan administered prices, sementara inflasi inti meningkat.Pasokan yang melimpah mendorong penurunan harga bahan makanan terutama bumbu-bumbuan. Cabai merah kembali menjadi komoditas penyumbang deflasi terbesar dengan andil -0,82% (mtm).Berdasarkan pemantauan harga melalui PIHPS, harga cabai merah di pasar tradisional Sumut bulan Mei menurun dari Rp30.450 per Kg di bulan sebelumnya menjadi Rp20.400 per kg. Harga cabai merah jauh dibawah provinsi lain, seperti Aceh Rp33.600 per kg, Sumatera Barat Rp34.500 per Kg, dan Riau Rp39.450 per Kg.Arief memaparkan,rendahnya harga cabai merah di tingkat konsumen disebabkan melimpahnya pasokan di pasaran akibat panen yang merata di sejumlah sentra cabai merah, termasuk Karo dan Aceh. Namun demikian, rendahnya harga cabai merah juga disinyalir memberi dampak pada penurunan daya beli petani, tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) Mei 2018 yang tercatat 90.06, menurun -0,74% dibandingkan bulan April 2018. Hal ini disebabkan penurunan indeks yang diterima (it) petani sementara indeks yang dibayarkan (ib) petani relatif stabil.Dari sisi administered prices, angkutan udara menjadi sumber deflasi dengan andil -0.05% (mtm). Penurunan tarif ini diperkirakan disebabkan oleh koreksi harga tiket terkait perayaan Cheng Beng serta pembelian tiket diindikasikan banyak dilakukan di awal Juni menyusul pembagian Tunjangan Hari Raya (THR) yang baru dilaksanakan Juni 2018.Sementara itu, inflasi inti merangkak naik dari 0,14% (mtm) menjadi 0,26% (mtm). Peningkatan terutama bersumber dari subkelompok sandang didorong tingginya aktivitas belanja mendekati Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri.Ke depan, tekanan harga berpotensi meningkat disebabkan kenaikan permintaan jelang HBKN Idul Fitri. Hal ini sejalan dengan Survey Pedagang Eceran (SPE) BI periode Maret, yang menunjukkan kenaikan Indeks Ekspektasi Harga (IEH) 3 bulan mendatang (Juni 2018), dari 172,4 menjadi sebesar 189,2. Peningkatan indeks tersebut merepresentasikan persepsi responden atas kondisi harga yang meningkat pada bulan Juni akibat kuatnya permintaan. (A2/c)