Medan (SIB)- Mantan Ketua DPP KNPI (2000-2003) St Edison Manurung SH MM mengimbau pemuda Indonesia agar tidak tergoda dan terjebak dengan politik identitas yang justru kontraproduktif bagi keutuhan berbangsa dan bernegara. Apalagi, saat ini pemuda yang sebagian di antaranya merupakan generasi milenial sedang diperhadapkan dengan politik kontemporer sekaitan dengan Pilkada lalu, dan Pilpres serta Pileg mendatang.Hal tersebut dikemukakan Edison kepada Wakil II Pemred SIB, Sumba Simbolon, di Medan Jumat (26/10), dalam wawancara berkaitan dengan Peringatan Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928-28 Oktober 2018) dan sosialisasi pencalegan dirinya menuju DPR di Senayan yang diusung Partai Hanura dengan nomor urut 2 dari Dapil Sumut 2, meliputi kawasan Tapanuli.Menurut Edison, generasi milenial umumnya memiliki intelektual yang tinggi, namun sering terjebak dengan isu yang tak berbasis data maupun fakta sehingga mengikuti pola politik tendensius. "Padahal sebagai pemegang estafet tampuk kepemimpinan nasional menggantikan generasi old (tua), pemuda seharusnya tidak boleh tergoda dan terjebak pada politik identitas untuk sekedar memenangkan pihak atau oknum tertentu, ujar utusan pemuda Indonesia ke PBB di AS semasa pemerintahan Presiden BJ Habibie, ini. "Itulah makna Sumpah Pemuda yang kita yakini sebagai garda terdepan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Hingga di era pemerintahan Jokowi saat ini, pemuda harus tetap mempererat kebhinnekatunggalikaan," ujar Edison yang merupakan Staf Khusus Ketua DPD RI, Oesman Sapta Odang, ini.Sumpah Pemuda, katanya, merupakan tonggak sejarah perjuangan Bangsa Indonesia yang tidak bisa diabaikan dan dilupakan anak bangsa dengan alasan apapun. Dan peringatan Sumpah Pemuda di tahun politik ini, hendaknya dijadikan momen untuk merajut kembali kohesi pemuda sebagai implementasi ikrar: Bertumpah Darah Satu Tanah Air Indonesia, Berbangsa Satu Bangsa Indonesia dan Berbahasa Satu Bahasa Indonesia.Peringatan HUT ke-90 Sumpah Pemuda besok (28/10) menjadi sangat strategis direaktualisasi semangat para pemuda di tahun 1928, seiring dengan tahun politik yang menimbulkan konstelasi politik dan rawan dengan kondisi kurang kondusif, bahkan dapat membuat terjadinya gesekan parsial. "Pemuda-pemudi Nusantara harus berhasil meminimalisasi sentimen SARA dengan kesadaran fundamental menghargai keberagaman.Edison menginginkan seluruh wilayah Nusantara meniru Sumut dengan penduduk mendekati 15 juta jiwa dikenal sebagai miniatur Indonesia, padahal daerah ini sangat heterogen dalam hal suku, agama, budaya dan lain-lain. Dan dari daerah ini tidak terhitung lagi lahir tokoh nasional seperti Adam Malik, TB Simatupang, Akbar Tanjung, TB Silalahi, Luhut Binsar Panjaitan dan lainnya. "Tapi satu lagi tokoh yang saya kagumi hingga kini adalah Bapak DR GM Panggabean yang menjadi inspirasi dalam hidup saya. Hingga sekarang pun, saya juga tetap membina hubungan baik dengan putra-putri beliau," katanya.Dirgahayu ke-90 Sumpah Pemuda. Majulah Pemuda Indonesia demi Indonesia Baru, ujarnya mengakhiri. (*)