Medan (harianSIB.com)Sebanyak 368 unit kios dan los (meja jualan) di lantai 2
Pasar Marelan terlantar. Kondisinya kumuh dan kotor, seng pasar sudah banyak yang bocor.
Pasar tersebut dibangun tahun 2013 dan 2016 menggunakan anggaran APBN dan APBD Kota Medan sebesar Rp50 miliar.
Ketua Persatuan Pedagang Pasar Tradisional Marelan (P3TM) Ali Geno kepada wartawan, Selasa (21/5/2024), mengatakan, dirinya dipercayakan PUD Pasar membangun pasar tersebut. Namun, setelah selesai dibangun, bangunan tidak dipergunakan atau dibiarkan terlantar.
Menurut Ali Geno, pembangunan kios dan los tersebut, sebenarnya di masa kepemimpinan Dirut Rusdi Sinuraya. Namun, jabatan Dirut dan Direksi berganti, setelah Rusdi Sinuraya lalu Suwarno masuk jadi penggantinya. Kemudian tuntutan pengelolaan pasar ditekankan P3TM kepada Suwarno.
"Suwarno sekarang yang menjadi Dirut, harus dialah bertanggungjawab atas penelantaran Pasar Marelan, kenapa dibiarkan terlantar dengan alasan tidak ada anggaran. Kan sayang uang rakyat sudah habis Rp50 miliar tapi pedagangnya kosong. Kiosnya terlantar," kata Ali Geno.
Kondisi Pasar Marelan tampak dari depanDi
Pasar Marelan yang terletak di Jalan Pasar 5, Kecamatan Medan Marelan tersebut, hanya berisi di lantai 1. Namun, yang menjadi derita para pedagang yang resmi terdaftar sebagai pedagang pasar adalah, dagangan mereka sepi karena banyak pedagang kaki lima (PK5) dibiarkan berdagang di halaman pasar sampai ke pinggir Jalan Marelan.
Kegiatan berjualan di lantai 1 Paaar MarelanSeorang pedagang, sebut saja Mawar mengatakan, dagangan mereka sepi. Kalaupun ada pembeli hanya sesekali. Kebanyakan pembeli mendatangi PK5 yang berjualan di halaman gedung pasar. Diakuinya, pernah pedagang memprotes kondisi ini kepada PUD Pasar melalui Kepala Pasar Marelan.
"Pernah ada perundingan, pedagang minta agar PK5 dimasukkan ke dalam pasar, karena kios dan los tersedia di lantai 2 yang sekarang kosong. Tapi pertemuan itu hanya mediasi belaka tidak ada keputusannya, karena sampai sekarang PK5 tidak masuk ke gedung, mereka tetap jadi Pk5," kata Mawar, seraya mengatakan mereka takut diwawancarai wartawan karena sekeliling mereka dipantau CCTV. (**)