Medan (harianSIB.com)Edward Manurung (64) menceritakan, anaknya bernama
Doli Hamonangan Manurung (34) sempat babak belur dihajar sekelompok orang.
Anaknya babak belur karena dianggap terlibat dalam pembacokan Prada Defliadi di rumahnya, Jalan Orde Baru, Kota Medan. Edward menjelaskan, kejadian itu berlangsung pada Minggu (4/8/2024) sekitar pukul 10.00 WIB.
Kala itu, ia sedang berada di rumah ibunya. Sementara, Doli tinggal bersama istrinya di Jalan Orde Baru. "Jadi mamanya datang nangis-nangis, katanya Doli diculik oleh segerombolan orang tak dikenal," kata Edward saat diwawancarai di kediamannya, di Jalan Danau Jempang, pada Rabu (7/8/2024) dikutip dari kompas.com
Dia pun bergegas dan mendapati Doli sudah tidak ada di lokasi. Kabar yang didapatinya dari sang istri, ada sekitar 20 pria berpakaian hitam dengan mengendarai 5 mobil mendatangi kediaman Doli.
Para pria ini mendobrak pintu besi rumah dan memaksa masuk. Doli yang berada di lantai 3 dipukuli. Barang-barang di kamar Doli diobrak-abrik.
Menurutnya, aksi para pria itu seperti perampok. "Naiklah orang ini ke lantai 3, dihantamilah (si Doli) di situ. Hancur laptop, HP, dan ada tabungannya sekitar Rp 40 juta habis," ucap Edward. "Jadi kayak perampokan. Uang itu setoran ke atasan untuk parkir. Dari lantai 3 sampai bawah itu darah semua," sambungnya. Baca berita tanpa iklan.
Edward mulai mencari tahu keberadaan Doli. Dijumpainya beberapa orang. Sempat didapatnya kabar Doli dibawa oknum Brimob. Namun, informasi itu tidak benar. Sampai akhirnya, sekitar pukul 00.00 WIB, diketahui Doli berada di Rumah Sakit Bhayangkara, Medan. Di sana ia melihat Doli terkapar di atas tempat tidur dalam kondisi tidak sadarkan diri.
"Saya pikir sudah engga ada lagilah anak saya. Sudah kayak mayat, babak belur di muka, kepala, badan. Sudah komalah. Nangis-nangislah kami semua," ungkapnya.
Doli pun dibawa ke Polrestabes Medan pada Selasa (6/8/2024) malam untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Edward mengaku mendapat beberapa informasi dari teman Doli serta pengakuan dari Doli terkait apa yang terjadi sebelumnya.
Editor
: Wilfred Manullang