Medan (SIB)- Lahan parkir di sepanjang Pasar Petisah berubah menjadi lapak pedagang makanan kaki lima. Kondisi ini membuat miris para pemakai jalan, khususnya pengendara roda empat dan dua. Karena akses keluar maupun masuk menjadi terhambat.Amatan wartawan, Kamis (21/5) di seputaran pasar yang masih dikelola Pemko Medan ini, kondisinya sungguh centang perenang, tanpa perencanaan yang matang dan jelas. Bayangkan saja, pasar lama yang berada di sisi kanan dari Pasar Petisah, sangat tak menggambarkan –pasar yang kondusif dan asri.Bagaimana tidak, akses untuk parkir, dan berjalan kaki para konsumen sangat terbatas. Hanya trotoar yang lebarnya tak lebih dari 1 meter. Sedangkan di bawahnya, sudah ada pedagang makanan dan minuman. Inilah yang dikeluhkan Rubiani warga Helvetia Medan.“Dulu keadaannya tak seperti ini . Lumayan tertata, disini (sambil menunjuk tempat pedagang makanan itu) dan di sebelah sana parkir yang nampak tertib dan teratur.Apalagi saat bulan Ramadhan dulu, seluruh pedagang kaki lima ditertibkan. Sehingga pasar nampak bersih dan lapang. Sekarang kalau seperti ini, bagaimana pembeli mau bertahan lama di Pasar Petisah, sumpek. Mana panas lagi,†ujar Rubiani yang kebetulan seorang guru.Ketidaknyamanan ini, ternyata baru beberapa minggu ini terjadi. Hal ini dikarenakan, pedagang kaki lima khususnya pedagang makanan mengambil lahan yang seharusnya untuk parkir.Menurut Delfi, pedagang bakso dan ayam penyet, mereka memang baru menempati lahan tersebut. Bukan berarti mereka gratis memakai lahan itu. Kata Delfi, mereka harus membayar Rp 10 juta per tahun untuk menempati lapak tersebut. Selain itu mereka juga diwajibkan membayar uang jaga malam Rp 15.000.Ditambahkan Delfi, uang tersebut, mereka serahkan kepada seorang oknum yang mengaku dekat dengan Kepala Pasar Petisah. Nama oknum tersebut begitu terkenal di wilayah itu. Karena dialah yang mengatur lapak-lapak tersebut.Jika di sisi kanan dibandrol dengan harga Rp 10 juta per bulan, di sisi kiri (dekat Polsek Medan Baru) bandrolnya Rp 20 juta per bulan.Anehnya, pedagang tak keberatan membayar harga lapak tersebut. Karena dari omset penjualan sehari-hari keuntungan yang mereka raih sangat menggiurkan. Seperti penuturan seorang rekan Delfi untuk segelas es campur saja mereka membandrol harga Rp 12.000, bakso dan mie ayam Rp 18.000 per porsi sedangkan ayam penyet Rp 20.000. Bayangkan, apa tak balik modal pedagang tersebut.Begitu juga dengan penuturan Soraya pedagang makanan yang berada di sisi kiri Pasar Petisah. Meski hanya menjual bakso, ayam penyet dan minuman, dia mampu mempekerjakan dua orang karyawannya.“Kalau sabar ya balik modallah, bu,†katanya.“Apalagi menjelang bulan Ramadhan ini, panenlah,†ujarnya tersenyum.Namun beberapa hari lagi, pedagang di sisi kiri ini akan maju lagi posisinya. Persis di depan jalan. “Dulu, kami juga di situ,†pungkas Soraya. (R6/q)