Wabah virus corona masih menjadi perbincangan publik hangat sejak awal Imlek 2020. Jumlah kasus yang terinfeksi dan meninggal terus bertambah dari waktu ke waktu. Salah satu yang dituding menjadi sumber penyebaran virus ini adalah Pasar Seafood Huanan di Wuhan yang menjual berbagai jenis daging hewan liar.
Tudingan tersebut mungkin dapat diduga benar, dalam ajaran Buddha Dharma disebutkan sumber wabah dapat dikarenakan prilaku buruk mengkonsumsi hewan liar. Hal mana diuraikan dalam Abhidharma terkait lima jenis hukum-alam (panca-niyama) yakni Utu-niyama, Bija-niyama, Kamma-niyama, Citta-niyama dan Dhamma-niyama.
Utu-niyama merupakan hukum energi menyangkut tatanan fisik inorganic, seperti hal angin, hujan dan cuaca termasuk tatanan musim dan perubahan iklim yang menyertai perubahan musim, termasuk dalam kelompok ini. Sedangkan Bija-niyama menyangkut tatanan biologi atau alam organic, seperti beras yang diproduksi dari padi, rasa manis dari tebu atau madu dan karakteristik dari buah-buahan tertentu serta teori terkait sel, gen dan kemiripan kembar juga termasuk dalam kelompok ini. Berikutnya adalah hukum yang secara meluas dipahami masyarakat luas yakni Kamma-niyama menyangkut tatanan sebab dan akibat. Kemudian Citta-niyama merupakan hukum keteraturan alam batiniah menyangkut tatanan pikiran, seperti proses kesadaran, kemunculan dan kemusnahan kesadaran, komponen kesadaran, dan kekuatan pikiran. Telepati, kemampuan membaca pikiran orang lain, kemampuan memprediksi, dan hal-hal lain yang tak bisa dijelaskan dalam sains, termasuk dalam kelompok ini. Terakhir Dhamma-niyama merupakan hukum kodrat menyangkut tatanan sifat-dasar fenomena, seperti naluri, gaya gravitasi dan hukum fisika lainnya.
Kelima niyama tersebut tidak terpisahkan satu sama lain dan pemahaman niyama bertujuan untuk membantu manusia memiliki pemahaman aturan/ hukum yang bekerja di alam semesta ini. Panca-niyama secara integrasi menunjuk satu realitas yang berlaku dalam satu kesatuan, saling terkait dan juga bergantungan satu sama lainnya. Istilah yang diberikan untuk menunjuk keterkaitan tersebut adalah teori saling ketergantungan (interdependensi). Interdependensi antara satu niyama dengan niyama lainnya terjalin secara kontinu atau sinambung terus menerus dan dinamis.
Sebagai contoh, dalam interdependensi utu-niyama dengan kamma-niyama, maka segala apa yang kita lakukan (kamma-niyama) juga akan mempengaruhi iklim dunia ( utu-niyama). Misal, jika energi karma negative yang dihasilkan dari akumulasi keserakahan dan kebencian ummat-manusia seperti penebangan liar jika telah mencapai titik kulminasi tertentu, maka akan terjadi gangguan pada alam atau ekosistem yang dapat berupa : musim hujan tak datang pada waktunya, musim kemarau terlalu panjang, disusul dengan badai hujan yang terlalu ekstrem dan bencana-bencana lainnya.
Wabah virus Wuhan menjadi contoh berikutnya bagaimana interdependensi antara bija-niyama dengan kamma-niyama. Energi negative yang dihasilkan dari pembantaian binatang liar secara terus-menerus (kamma-niyama) bisa mencapai titik kulminasi tertentu yang mengaktifkan munculnya wabah penyakit baru. Ini menjelaskan mengapa di zaman modern ini muncul berbagai penyakit aneh-aneh. Munculnya penyakit baru itu berasal dari kuman yang bermutasi atau bahkan kuman baru (bija-niyama) dapat dikarenakan makanan binatang liar.
Kesehatan tergantung pada gaya hidup kita, yaitu cara kita berpikir, cara kita merasa, dan cara kita hidup. Penyakit adalah konsekuensi dari gaya hidup yang tidak sehat salah satunya ditandai oleh pemanjaan indria. Ini adalah komponen dari perspektif Buddhis pada kesehatan yang melibatkan praktek nilai-nilai moral dan keagamaan seperti kasih sayang, toleransi, dan pengampunan. Ini adalah alasan yang mendasari mengapa ajaran Buddha menyarankan mereka yang ingin menjadi sehat untuk berlatih moralitas (sila), disiplin mental (samadhi), dan kebijaksanaan (panna), di Bagian Ariya Berunsur Delapan. (f)