Renungan Buddha Dhamma

Temukan Bahagiamu

Oleh Upa Madyamiko Gunarko Hartoyo
Redaksi - Sabtu, 21 Maret 2020 11:43 WIB

Warning: getimagesize(https://www.hariansib.com/cdn/photo/berita/dir032020/_3672_Temukan-Bahagiamu-.jpg): Failed to open stream: HTTP request failed! HTTP/1.1 404 Not Found in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 170

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 171

Warning: Trying to access array offset on value of type bool in /home/u956909844/domains/hariansib.com/public_html/amp/detail.php on line 172
tribunnews
Ilustrasi

Cobalah untuk bertanya pada orang-orang di sekitar kita tentang apa arti kebahagiaan dan bagaimana cara mereka menemukan kebahagiaan mereka? Kebahagiaan seorang pemilik toko mungkin berharap mendapat keuntungan setidaknya satu juta rupiah dalam satu hari tersebut. Sementara itu pengemudi becak di depan toko miliknya berharap dapat pulang membawa hasil tetesan keringatnya uang seratus ribu rupiah.

Lain halnya dengan seseorang yang anaknya sedang sakit, kebahagiaan baginya adalah anaknya segera sembuh walaupun harus membayar mahal kebahagiaan tersebut. Demikian juga, saat ditanya kebahagiaan seorang siswa cukup sederhana yakni mendapat nilai baik di nilai ujiannya.

Kebahagiaan kita akan selalu berbeda ukuran dan jenisnya, karena kebahagiaan tidaklah lebih dari sebuah akibat. Hukum Paticca Samuppada mengungkapkan ketika sebuah penyebab berbeda maka akibat yang ditimbulkannya juga akan berbeda. Jika penderitaan kita disebabkan karena uang, maka kebahagiaan kita ada pada nominal uang yang kita peroleh. Banyak orang lupa bahwa mereka sesungguhnya sudah memiliki alasan untuk merasa bahagia. Dalam kondisi itu banyak di antara kita yang ingin mendapatkan sesuatu lebih dari sekedar 'bahagia'. Kebahagiaan dalam pandangan mereka adalah keinginan untuk tertawa lebih banyak, mendapatkan kenikmatan lebih banyak, lebih terkenal, lebih sukses, lebih kaya. Hidup bahagia tidak pernah ada bagi mereka yang menginginkan 'lebih' dari bahagia.

Kebahagiaan manusia penuh tanda tanya, usaha mencari serta menemukan kebahagiaan bagi seseorang seringkali adalah suatu usaha yang rumit. Banyak upaya yang bisa dicapai, namun seringkali semua itu kadang saling bertentangan satu sama lain. Akibatnya tidak ada prinsip, sikap dan pengertian tunggal yang menyeluruh tentang kebahagiaan. Bahkan sering sekali kebahagiaan yang ingin dicapai mengorbankan kebahagiaan lainnya yang telah kita miliki.

Kita harus bijaksana dalam menghadapi berbagai permasalahan dan realita kehidupan yang pelik di dunia ini. Ini bukan sekedar kebijaksanaan dalam menyelesaikan masalah-masalah kehidupan yang diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman hidup, melainkan kebijaksanaan dalam memandang berbagai fenomena kehidupan yang timbul dan lenyap sebagaimana adanya, yang tidak kekal, tidak memuaskan dan bukan diri.

Dipandang dari Agama Buddha, kebahagiaan bukanlah berarti harta dan tahta. Agama Buddha mengajarkan bahwa sesungguhnya kebahagiaan itu adalah saat di mana seseorang bisa mengendalikan pikirannya. Pikiran manusia sangatlah liar, bagaikan seekor kera yang terus melompat ke sana kemari tanpa arah yang jelas, oleh karena itu kita diajarkan untuk bermeditasi agar bisa mengendalikan pikiran dan meningkatkan kesadaran. Kebahagiaan dapat diperoleh dari melalui pengembangan batin secara meditatif terhadap semua fenomena kehidupan sehingga memperoleh kebijaksanaan dalam memandang kebahagiaan dan kesejahteraan sejati yang melampaui semua jenis kebahagiaan dan kesejahteraan yang ada di dunia.

Pikiran merupakan pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran murni, maka kebahagiaan akan mengikutinya bagaikan bayang-bayang yang tak pernah meninggalkan bendanya. Dhammapada I Yamaka-Vagga 2.

Salah satu ciri orang yang benar-benar bahagia adalah ia bisa menerima hal ini dan bisa menyambut kehidupan dengan tangan terbuka menjadi sumber kebahagiaan. Jika selama ini kita merasa belum bisa benar-benar merasa bahagia, mungkin itu karena kita belum memutuskan untuk bahagia. Ketika kita sudah memutuskan untuk bahagia, pikiran kita akan menjadi pelopor menarik segala sesuatu ikut mendukung keputusan tersebut. (f)

Berita Terkait

Mimbar Agama Buddha

Kapolrestabes Medan: Penjual BBM Eceran Rp50 Ribu per Botol akan Ditangkap

Mimbar Agama Buddha

OJK Komit Perkuat Tata Kelola dan Inovasi Keuangan Digital

Mimbar Agama Buddha

Gempa Bumi Guncang Sibolga, Pengungsi Berhamburan Keluar Posko

Mimbar Agama Buddha

Para Pemilik Kendaraan Antre Berjam-jam di SPBU Pamatang Raya Demi Dapatkan BBM

Mimbar Agama Buddha

Sinar Indonesia Baru Kolaborasi Pemkab Tapteng Bangun Jembatan Provinsi

Mimbar Agama Buddha

GKPI Doa Tengah Hari dan Beri Bantuan untuk Korban Banjir dan Tanah Longsor