Kesehatan dan kebersihan merupakan salah satu masalah penting dalam pembangunan bangsa. Sayangnya, meskipun pemerintah terus memprogramkan dan menggaungkan masalah ini, tetapi sebagian besar masyarakat, baik di pedesaan maupun perkotaan masih sering mengabaikannya.
Hal ini terbukti dari banyaknya sampah yang masih di buang sembarangan sehingga tampak berserakan di jalan, memenuhi sejumlah parit bahkan menumpuk di sungai yang mengalir lewat kota, sebagaimana kita saksikan di pinggiran sungai Deli di Medan. Bahkan sering terlihat, para pengendara kenderaan baik pribadi maupun penumpang umum, tidak sungkan membuang sampah saat melintas di jalan raya.
Masalah sampah dan kotoran ini, tidak hanya terjadi di Medan, tetapi juga hampir di seluruh Indonesia. Paling miris, terungkap bahwa lebih dari 50 persen (42 desa) di Labuhanbatu masih membuang kotoran atau buang air besar (BAB) sembarang. Tak terbayang bagaimana bahayanya bagi kesehatan masyarakat ke depan kalau kotoran berbahaya itu masih di buang sembarang.
Padahal sebagai daerah "petro dolar" yang kaya dengan minyak kelapa sawit itu seharusnya layak menjadi daerah percontohan di Indonesia dalam bidang kesehatan dan kebersihan. Dengan kondisi 42 desa dari 52 desa masih BAB sembarangan, maka kurang layak jika daerah kaya ini ditetapkan sebagai daerah penerima penghargaan Swastisaba Kabupaten Sehat Wiwerda tahun 2021.
Namun hal ini tentu saja bisa dijadikan sebagai tantangan sekaligus pendorong untuk lebih baik lagi ke depan dalam hal pembangunan kesehatan dan kebersihan. Program penyediaan sarana dan akses sanitasi perlu diprioritaskan oleh pemerintah daerah sehingga diharapkan dalam beberapa tahun ke depan tidak ada lagi masyarakat yang BAB sembarangan.
Sebagai daerah yang memiliki banyak perusahaan perkebunan, baik swasta maupun BUMN dan BUMD, maka saatnya Pemkab Labuhanbatu melibatkan perusahaan-perusahaan itu untuk membantu penyediaan sarana dan sanitasi yang baik. Perusahaan perkebunan ini bisa mengalokasikan dana CSR dan Bina Lingkungan untuk membantu Pemkab merealisasikannya.
Melihat perilaku dan kondisi masyarakat kita, maka besar kemungkinan bahwa BAB sembarang ini bukan hanya terjadi di Labuhanbatu tetapi juga di daerah lainnya di Sumut, termasuk di kawasan pariwisata Danau Toba. Karena begitu pentingnya kebersihan dan kesehatan ini, maka pemerintah pun harus melibatkan perusahaan asing untuk menyiapkan dan mengelola toilet berstandar internasional di kawasan pariwisata Danau Toba.
Untuk di daerah lainnya yang belum tersedia sarana dan sanitasi yang layak, tentu tidak perlu harus mengundang konsultan perusahaan asing mengelola toilet. Cukup dengan menyediakan sarana dan sanitasi yang layak serta secara kontiniu mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan kesehatan ini.
Masyarakat juga harus diberitahu bahwa buang air besar sembarangan itu sangat membahayakan kesehatan. Bagi yang buang air di sungai atau di laut tentu akan menimbulkan pencemaran lingkungan dan meracuni biota yang berekosistem di daerah tersebut. Selain itu juga membahayakan bagi masyarakat yang mengkonsumsi air sungai dan bisa memicu penyebaran wabah penyakit yang dapat ditularkan melalui feses manusia.
Buang air besar di pantai, kebun atau tanah terbuka tentu akan menimbulkan bau yang menyengat dan mencemari udara. Juga akan mengundang kehadiran serangga, lalat dan binatang lainnya untuk menyebarkan bibit penyakit akibat kontaminasi kotoran manusia itu. Demikian halnya buang air besar di kolam atau sawah dapat menimbulkan pencemaran dan keracunan pada tanaman padi yang bisa mengakibatkan gagal panen.
Kondisi ini tentu berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Pencemaran udara, sumber air minum dan sumber makanan dari kotoran manusia sangat berbahaya. Bisa mengakibatkan munculnya berbagai penyakit akibat bakteri dan virus yang menularkan dan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan fisik anak-anak dan mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Selain itu perilaku buang sampah dan buang air besar sembarangan akan merusak citra diri suatu daerah maupun bangsa. Jika ini tidak segera ditanggulangi, maka bisa menjadi promosi jelek yang akan mempengaruhi kunjungan wisatawan ke Indonesia.
Akibatnya bangsa kita akan dijuluki sebagai bangsa yang tidak berbudaya bersih. Padahal kebersihan itu sering disebut sebagai bagian dari budaya dan iman seseorang.(*)