Jakarta
(harianSIB.com)Harga
batu bara kembali merosot dalam sepekan terakhir, bahkan menyentuh titik terendah dalam empat tahun. Penurunan
impor serta kelebihan pasokan menjadi faktor utama yang mendorong jatuhnya harga komoditas ini.
Mengutip data Refinitiv, pada Kamis (17/4/2025), harga batu bara tercatat sebesar US$97,05 per ton, turun 1,22% dari hari sebelumnya, Rabu (16/4/2025), yang berada di level US$98,25 per ton. Sepanjang pekan ini, harga batu bara telah anjlok hingga 2%.
Penurunan ini terjadi selama dua hari berturut-turut. Menariknya, harga saat ini menjadi yang terendah sejak Mei 2021.
Menurut laporan Reuters dan dilansir dari CNBC Indonesia, impor batu bara China pada Maret 2025 turun 6% menjadi 38,73 juta metrik ton, dari 41,38 juta ton pada Maret 2024. Penurunan ini dipicu oleh tingginya stok di pelabuhan dan lemahnya permintaan domestik, yang menekan harga batu bara global. Ini juga menjadi penurunan impor bulanan pertama secara tahunan sejak Maret 2022 (di luar periode Januari-Februari yang dipengaruhi libur Imlek).
Selain itu, kelebihan pasokan di pasar China semakin memburuk akibat turunnya produksi listrik dari PLTU di kuartal pertama, sementara produksi batu bara domestik justru mencetak rekor tertinggi bulan lalu. Di sisi lain, ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia turut membayangi prospek pertumbuhan ekonomi dan konsumsi batu bara global.
"Kami memperkirakan pasar batu bara laut (seaborne) akan cenderung stagnan dalam waktu dekat, seiring dengan dampak berkelanjutan dari gangguan perdagangan global," ujar Steve Hulton, Wakil Presiden Senior Pasar Batu Bara di Rystad Energy, dikutip dari CNBC Indonesia.
"Namun, menurut kami, arah harga kemungkinan akan naik karena ada produsen di tingkat biaya tertinggi yang mulai kesulitan dengan harga di bawah $100 per ton," ujarnya.
Menurut Asosiasi Transportasi dan Distribusi Batu Bara China, harga batu bara spot di China kini mendekati tingkat harga kontrak jangka panjang yang ditetapkan pemerintah. Fakte tersebut dianggap sebagai batas bawah teoritis bagi pasar.
Hal ini, bersama dengan langkah produsen untuk memangkas output, dapat memperlambat penurunan harga. Glencore Plc, perusahaan pengapalan batu bara terbesar di dunia, mengatakan bulan lalu bahwa mereka akan mengurangi produksi yang direncanakan di tambang Cerrejon miliknya di Kolombia untuk menghentikan kejatuhan harga yang berkepanjangan. (*)