Menteri Brian Cerita Seramnya BAN-PT Ketika Mengakreditasi Kampus, Bandingkan dengan Amerika

Redaksi - Kamis, 28 Agustus 2025 08:06 WIB
Kompas.com/ Manda Firmansyah
Wakil Menteri PPN/ Wakil Kepala Bappenas, Febrian Alphyanto Ruddyard dalam acara Penandatanganan PKS dan Konsultasi Publik Rancangan RAN SDGs 2025-2030, Rabu (27/8/2025).
Jakarta (harianSIB.com)

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto mengatakan, pihaknya akan memanggil Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) terkait mindset akreditasi yang kurang tepat di Indonesia.

Brian lantas membandingkan dengan cara Amerika Serikat (AS) memberikan akreditasi kepada suatu kampus.

Hal tersebut disampaikan Brian dalam rapat bersama Komisi X DPR di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (27/8/2025).

"Sebenarnya ada sesuatu yang kurang pas memang dari mindset akreditasi di Indonesia ini. Jadi, kebetulan saya pernah menjadi ketua program studi, saya diakreditasi oleh ABET (Accreditation Board of Engineering and Technology). ABET itu dari Amerika. Mereka itu mindset-nya bukan judgement sebenarnya," ujar Brian dikutip dari kompas.com

"Jadi, harusnya akreditasi itu memang bukan judgement, dia bukan datang untuk menjadi judge, menjadi penentu, menjadi hakim. Jadi ABC. Tetapi, mindset itu adalah improvement, dia datang untuk membantu meningkatkan kualitas," sambung dia.

Brian mengatakan, dia pernah merasakan langsung pengalaman diakreditasi oleh orang Amerika.

Menurutnya, tim dari Amerika datang bersama perwakilan dari Indonesia yang sangat tegas dan detail selama proses akreditasi.

"Orang Indonesia ini memang menakutkan, mengerikan, Pak. Tapi, kalau orang...Saya juga tadinya takut dengan orang Amerika yang datang, ternyata mereka mindset-nya itu. Jadi, nanti kami coba komunikasikan kembali ke teman-teman BAN-PT, jadi mereka tuh bukan judgement datang ke kampus, tapi justru bagaimana membantu improvement teman-teman di kampus," ujar Brian.

Brian turut menyinggung Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) yang kerap dikeluhkan oleh pihak kampus

Sebab, LAM meminta biaya yang sangat mahal untuk akreditasi. "Ini juga kita sedang melakukan evaluasi, karena seharusnya jangan sampai juga terlalu tinggi sehingga membebani teman-teman di perguruan tinggi. Dan kami akan melihat dan berbicara dengan teman-teman di LAM, bagaimana lebih rasionalisasi," kata dia.

"Dan juga kami sebenarnya mendorong dosen-dosen reviewer-nya itu jangan berasal dari lokasi yang terlalu jauh. Misalnya dari provinsi yang sama, sehingga biayanya tidak terlalu besar. Atau dari provinsi yang berdekatan, itu kita mendorong ke sana supaya biaya menjadi tidak terlalu besar," imbuh Brian. (*)

Editor
: Wilfred Manullang

Tag:

Berita Terkait